pendidikan di usian dini

Jumat, 13 Januari 2012

Animasi Power Point untuk membuat Menu Berjalan dalam pembuatan media presentasi pembelajaran

Kadang kita dalam membuat media presentasi butuh variasi menu agar tidak selalu sama, kali ini saya menawarkan animasi menu berjalan yang dibuat dengan menggunakan power point.
Apa itu ANIMASI MENU BERJALAN ?
Animasi menu berjalan kita definisikan secara sederhana sebagai menu (tombol navigasi) untuk pindah antar slide yang kita buat dengan posisi berjalan. Teknik yang kita pakai adalah teknik perpindahan slide.
Bagaimana prinsip ANIMASI MENU BERJALAN ?
Prinsip animasi menu berjalan ini bisa beragam, untuk itu biar menyamakan persepsi kali ini yang kita pakai adalah sebuah menu yang selalu berjalan tetapi kalau didekati mouse menu akan berhenti dan kita bisa memilih navigasi yang kita inginkan, dan jika kita tidak jadi memilih dan mouse di jauhkan dari menu, maka menu kembali berjalan, prinsip yang seperti ini yang kita pakai kali ini dalam animasi menu berjalan, tentunya masih banyak prinsip yang lain.
Bagaimana cara membuat ANIMASI MENU BERJALAN diatas ?
Pada slide pertama:
gambar-12
  1. kita buat tulisan atau gambar sebanyak menu yang kita buat (bila dalam bentuk tulisan sebaiknya gunakan word art atau teks box yang terpisah satu dengan yang lainnya). Biar tampak rapi upayakan teks box atau gambarnya dibuat ukurannya sama.
  2. Tempatkan gambar atau teks box berjajar dari kiri ke kanan tanpa jarak.
  3. pilih semua gambar yang akan dijadikan menu (drag semua) kemudian kita group, sekarang kita sesuaikan gambar hasil group dengan panjang stage pada slide, Panjang gambar hasil group harus sama dengan panjang stage pada power point, untuk itu kita bisa tarik keluar atau dorong kedalam agar sama dengan panjang stage.
  4. Menu yang kita buat pada langkah no 3 kita copy, sehingga sekarang kita memiliki 2 gambar menu yang sama.
  5. Pada gambar menu yang pertama kita beri animasi fly In, Direction from right dangan speed 15 second biar tidak terlalu cepat, dengan pengulanagn terus menerus
  6. Caranya klik gambar pertama masuk menu slide show pilih menu custom animation, klik add effect pilih entance dan cari animasi Fly In, pilih start with previous, dengan direction from right, dengan speed ketik angka 15 biar gak terlalu cepat, kemudian pada repeat pilih until end of slide
  7. Pada gambar menu yang kedua kita beri animasi fly out, Direction to left dangan speed 15 second biar sama dengan kecepatan gambar pertama, dengan pengulanagn terus menerus
  8. Caranya klik gambar pertama masuk menu slide show pilih menu custom animation, klik add effect pilih exit dan cari animasi Fly Out, pilih start with previous, dengan direction to left, dengan speed ketik angka 15 biar sama dengan kecepatan gambar pertama, kemudian pada repeat pilih until end of slide.
  9. Sekarang tumpuk gambar pertama dan kedua kemudian jalankan dengan slide show, gambar menu akan berjalan dari kiri kekanana secara terus menerus. Layaknya teks berjalan seperti di televisi hehehe.
Pada Slide Kedua:
gambar-slide21
  1. Buat slide kedua dengan jalan insert new slide
  2. Copy 1 gambar menu yang ada di slide pertama, kemudian hilangkan semua animasinya, dengan jalan klik gambar yang dihilangkan animasinya kemudian pilih slide show pilih custom animasi pada task pane (menu yang dikanan) pilih remove.
  3. sekarang kita lepas group menu pada slide ke dua, dengan jalan klik kanan gambar menu kemudian pilih grouping dan pilih ungroup.
  4. Masing-masing menu sudah bisa di beri navigasi dengan jalan slide show kemudian pilih action setting pilih menu hyperlink to pilih nomer slide yang mau dihubungkan, lakukan pada menu-menu yang lain.
  5. sekarang di coba di slide show, menu diam dan bila kita dekati dengan mouse berubah menjadi tangan. Kemudian kita juga harus tambahankan halaman yang menjadi tujuan pada menu navigasi slide kedua ini.
Menghubungkan slide pertama dan kedua.
gambar-jebakan-11
gambar-jepakan-slide-21
  1. Pada slide pertama, diatas dan dibawah menu kita pasang jebakan untuk memaksa mouse pindah ke slide kedua jika mendekati menu.
  2. Jepakan bisa berupa kotak memanjang yang kita buat transparan sampai sekitar 96%, atau gambar hisan lain.
  3. cara membuat jebakan dengan jalan kotak memanjang atau hiasan kita klik kemudian pilih slide show pilih action setting, pilih MOUSE OVER kemudian pada hiperlink to pilih ke slide ke dua.
  4. Pada slide kedua juga kita beri jebakan yang sama hanya mose overnya kita arahkan ke slide satu.
Tujuannya jika kita mau mendekat menu berjalan di slide pertama mouse akan bertemu dengan jebakan dan akan secara otomatis kita dibawah ke slide kedua yang berisi menu yang sudah di beri link ke halaman tujuan dan bila kita tidak jadi memilih menu dan mose kita tarik keluar maka mouse kita terjebak di slide kedua dan otomatis kita dibawa ke slide pertama, begitu seterusnya.
Selamat mencoba, dan bila Bapak Ibu perlu hasil tutorial kali ini silahkan download file jadi ppt di KLIK SAJA DISINI

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat:
  • kerangka dasar dan struktur kurikulum,
  • beban belajar,
  • kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan, dan
  • kalender pendidikan.
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.

Planet Gliese 581g, planet baru yang sama dengan bumi , apakah ada kehidupan disana?

Gleise 581g adalah planet yang pertama kali di temukan yang hampir sama dengan bumi , planet ini di temukan sedang mengorbit dalam zona habitasi bintang (Goldocks). Para Astronom menemukannya di zona Goldocks yang hanya tepat bagi kehidupan. dan relatif dekat jaraknya relatif dekat dengan bumi yaitu 120 triliun mil
Para astronot yang menemukan planet ini sangat beroptimis bahwa terdapat kehidupan di sana
seperti yang dikatakan oleh professor astronomi dan astrofisika universitas California, Santa cruz. saat konferensi pers pada tanggal 9 september 2010 .
Stevent vogt "Secara pribadi mengingat mana-mana dan kecenderungan kehidupan berkembang dimana pun bisa, saya akan mengatakan, perasaan pribadi saya adalah kemungkinan kehidupan di planet ini 100 %."

Dari metode sebelumnya yang mereka(astronot) terapkan, sudah pernah ditemukan beberapa planet seperti planet super bumi
yang berada di zona layak huni bintang !

Di perkirakan Planet Gliese 581g adalah 0,15 unit astronomi dari bintang, cukup dekat dengan bintang untuk menyelesaikan orbitnya hanya cukup di bawah 37 hari . yang dimana satu unit jarak rata-rata Matahari ke Bumi sekitar 93 juta mil (150 Juta Km).

dan sekarang apakah kita dapat percaya dengan pasti, apakah benar ada kehidupan disana ? hanya Allah yang tahu jawabannya !

Tips Makanan untuk Menjaga Kebugaran Tubuh

Karbohidrat (zat tepung dan berbagai jenis gula) adalah sumber energi utama bagi tubuh, dan dengan memilih diet seimbang tinggi karbohidrat, anda dapat tetap aktif untuk waktu yang lebih lama, berlatih lebih keras, tidak mudah lelah setelah berolah raga, mengurangi resiko mengalami luka dan menjadi lebih fit.
Untuk dapat melaksanakan diet seimbang tinggi karbohidrat dengan baik, ada aturan-aturan dasar:
1. Makan dan nikmati jenis makanan yang bervariasi.
2. Makanlah diet tinggi karbohidrat
3. Karbohidrat (dari tepung-tepungan maupun gula) adalah sumber energi terpenting bagi otot yang sedang bekerja.
4. Tubuh hanya dapat menyimpan karbohidrat dalam jumlah terbatas di hati dan otot sebagai glikogen.
Setiap kali anda berolah raga, cadangan glikogen anda akan berkurang
Pilihan makanan dan cemilan sebaiknya didasarkan pada makanan tinggi karbohidrat (sereal, roti, nasi, kentang, pasta).
Untuk menghindari kelelahan dan meningkatkan performa anda pada aktivitas/sesi olah raga berikutnya, sebaiknya anda :
1. Mengudap cemilan kaya karbohidrat (plus minum air) kurang lebih 2 jam sebelum berolah raga—misalnya sereal, buah segar, buah kering, yoghurt buah, minuman susu fermentasi, roti gandum atau sandwich.
2. Mengganti cadangan glikogen dengan makanan tinggi karbohidrat segera setelah berolah raga (kira-kira 30-60 menit)—apakah itu langsung makan besar atau sekedar cemilan kaya karbohidrat seperti sereal sarapan pagi, pisang, roti, agar-agar, wafer sereal, jus, atau minuman berenergi.
3. Pilih dan atur waktu konsumsi makan dan minum sesuai pola latihan anda. Yang terpenting adalah untuk selalu mengkonsumsi makanan sehat tinggi karbohidrat secara keseluruhan, sehingga pilihan makanan sebaiknya yang praktis, nyaman, menyenangkan dan dapat dimakan ! Cobalah untuk minta pendapat tersendiri dari ahli gizi olah raga mengenai pilihan makanan yang cocok bagi anda.
4. Minum cukup air.
* Dehidrasi adalah penyebab utama rasa lemah. Saat anda haus, anda sudah mengalami dehidrasi ringan, jadi minumlah sebelum terasa haus.
* Minum sebelum, selama dan segera setelah berolah raga, seiring dengan meningkatnya pengeluaran cairan saat olah raga. Air putih biasa sudah cukup, kecuali anda berolah raga selama satu jam atau lebih secara terus-menerus. Pada keadaan demikian, konsumsi cairan isotonik akan lebih tepat. Bila warna urin anda bertambah gelap, minum lebih banyak. Usahakan mencapai jumlah yang sama dengan jumlah air yang diminum dengan warna lebih bening.

Pendidikan Sepanjang Hayat

Bahwa manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin mencapai suatu kehidupan yang optimal. Selama manusia barusaha untuk meningkatkan kehidupannya, baik dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, kepribadian, maupun keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama itulah pendidikan masih berjalan terus.

Pendidikan sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia transformasi, dan di dalam masyarakat yang saling mempengaruhi seperti saat zaman globalisasi sekarang ini. Setiap manusia dituntut untuk menyesuaikan dirinya secara terus menerus dengan situasi baru.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan pada sekolah. Sistem sekolah secara tradisional mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad terakhir ini, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tutuntutan manusia yang makin meningkat. Pendidikan di sekolah hanya terbatas pada tingkat pendidikan dari sejak kanak-kanak sampai dewasa, tidak akan memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia yang berkembang sangat pesat. Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan suatu sistem yang fleksibel. Pendidikan harus tetap bergerak dan mengenal inovasi secara terus menerus.
Menurut konsep pendidikan sepanjang hayat, kegiatan-kegiatan pendidikan dianggap sebagai suatu keseluruhan. Seluruh sektor pendidikan merupakan suatu sistem yang terpadu. Konsep ini harus disesuaikan dengan kenyataan serta kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang telah maju akan memiliki kebutuhan yang berbeda dengan masyarakat yang belum maju. Apabila sebahagian besar masyarakat suatu bangsa masih yang banyak buta huruf, maka upaya pemeberantasan buta huruf di kalangan orang dewasa mendapat prioritas dalam sistem pendidikan sepanjang hayat. Tetapi, di negara industri yang telah maju pesat, masalah bagaimana mengisi waktu senggang akan memperoleh perhatian dalam sistem ini.
Pendidikan bukan hanya berlangsung di sekolah. Pendidikan akan mulai segera setelah anak lahir dan akan berlangsung sampai manusia meninggal dunia, sepanjang ia mampu menerima pengaruh-pengaruh. Oleh karena itu, proses pendidikan akan berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses perkembangan seorang individu sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian anak. Pendidikan anak diperoleh terutama melalui interaksi antara orang tua – anak. Dalam berinteraksi dengan anaknya, orang tua akan menunjukkan sikap dan perlakuan tertentu sebagai perwujudan pendidikan terhadap anaknya.
Pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dalam keluarga. Sekolah merupakan lembaga tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya. Sekolah diselenggarakan secara formal. Di sekolah anak akan belajar apa yang ada di dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah harus mencerminkan kehidupan sekelilingnya. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan budayanya. Dalam kehidupan modern seperti saat ini, sekolah merupakan suatu keharusan, karena tuntutan-tuntutan yang diperlukan bagi perkembangan anak sudah tidak memungkinkan akan dapat dilayani oleh keluarga. Materi yang diberikan di sekolah berhubungan langsung dengan pengembangan pribadi anak, berisikan nilai moral dan agama, berhubungan langsung dengan pengembangan sains dan teknologi, serta pengembangan kecakapan-kecakapan tertentuyang langsung dapat dirasakan dalam pengisian tenaga kerja.
Pendidikan di masyarakat merupakan bentuk pendidikan yang diselenggarakan di luar keluarga dan sekolah. Bentuk pendidikan ini menekankan pada pemerolehan pengetahuan dan keterampilan khusus serta praktis yang secara langsung bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat. Phillip H.Coombs (Uyoh Sadulloh, 1994:65) mengemukakan beberapa bentuk pendidikan di masyarakat, antara lain : (1) program persamaan bagi mereka yang tidak pernah bersekolah atau putus sekolah; (2) program pemberantasan buta huruf; (3) penitipan bayi dan penitipan anak pra sekolah; (4) kelompok pemuda tani; (5) perkumpulan olah raga dan rekreasi; dan (6) kursus-kursus keterampilan.

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH

PENDAHULUAN
Untuk melaksanakan pendidikan agama Islam yang berhasil perlu dilakukan
pendidikan agama yang terpadu. Keterpaduan yang dimaksud adalah:
keterpaduan tujuan, keterpaduan materi, keterpaduan proses.
Keterpaduan tujuan berarti pencapaian tujuan pendidikan merupakan
tanggung jawab semua pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan, yaitu
pemerintah, kepala sekolah, guru, orang tua siswa, dan masyarakat.
Keterpaduan materi ialah keterpaduan isi kurikulum yang digunakan atau
materi pelajaran. Semua materi pelajaran yang dipelajari siswa handaknya
saling memiliki keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
yang lainnya. Pengikat keterpaduan tersebut adalah tujuan pendidikan
keimanan dan ketakwaan. Jadi selain tujuan mata pelajaran itu sendiri,
hendaknya semua bahan ajar mengarah kepada terbentuknya manusia beriman
dan bertaqwa.
Keterpaduan proses, berarti para pendidik hendaknya menyadari bahwa
semua kegiatan pendidikan sekurang-kurangnya tidak berlawanan dengan
tujuan pendidikan keimanan dan ketakwaan, bahkan dikehendaki semua
kegiatan pendidikan membantu tercapainya siswa yang beriman dan bertakwa.
Ada beberapa konsep yang harus dipahami dan diterapkan untuk
menjadikan pendidikan agama (termasuk agama Islam) berhasil
memberagamakan murid. Konseo-konsep itu diuraikan berikut ini.
MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar
memahami ajaran Islam (knowing), terampil melakukan ajaran Islam (doing),
dan melakukan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari (being).
Tujuan Pendidikan Agama Islam
Adapun tujuan pendidikan agama Islam di sekolah umum adalah untuk
meningkatkan pemahaman, keterampilan melakukan, dan pengamalan ajaran
Islam dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan utama pendidikan agama Islam di
sekolah ialah keberagamaan, yaitu menjadi muslim yang sebenarnya.
Keberagamaan inilah yang selama ini kurang di perhatikan.
2
Cara Mencapai Tujuan itu
Tujuan itu, secara sederhana, dapat dicapai dengan pengajaran kognitif
(untuk pemahaman), latihan melakukan (untuk keterampilan melakukan) dan
usaha internaslisasi (untuk keberagamaan). Upaya memberagamakan akan
lebih mudah dilakukan di sekolah bila pendidikan agama itu dijadikan core
sistem pendidikan.
MENJADIKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEBAGAI CORE SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Bagaimana seharusnya konsep pendidikan nasional itu agar sesuai dengan
kehendak Pancasila dan UUD45? Untuk menjawab pertanyaan itu dibahas halhal
berikut ini.
Cara Mengoperasikan Negara
Sebuah negara terbentuk bila memenuhi tiga syarat. Pertama, ada
sekelompok orang yang bersepakat membentuk negara. Mereka inilah yang
disebut warga negara. Kedua, ada tempat tinggal atau wilayah yang jelas
batasnya. Inilah yang kelak disebut sebagai tanah air. Ketiga, ada nilai-nilai
luhur yang disepakati sebagai sumber aturan satu-satunya dalam
mengoperasikan negara itu. Inilah yang disebut filsafat negara.
Setiap negara memiliki filsafat negara. Negara Indonesia memiliki filsafat
negara yang disebut Pancasila. Filsafat negara itu disepakati menjadi sumber
nilai atau rujukan satu-satunya dalam membuat aturan mengoperasikan negara
itu.
Nilai-nilai dalam filsafat negara itu masih sangat umum dan abstrak. Nilainilai
itu harus dioperasionalkan. Nilai dalam filsafat negara itu dioperasionalkan
dalam konstitusi atau disebut juga undang-undang dasar (UUD). UUD itu pun
masih umum sifatnya, maka UUD itu masih harus dioperasionalkan. UUD
dioperasionalkan dalam undang-undang (UU). Kadang-kadang UU itu masih
juga harus dioperasionalkan. UU dioperasionalkan ke dalam peraturan
pemerintah (PP). Nah, PP masih perlu dioperasionalkan ke dalam surat
keputusan menteri (SKM). Kadang-kadang SKM masih perlu dioperasionalkan
dalam petunjuk teknis (JUKNIS). Urutan operasionalisasi itu terlihat lebih mudah
dalam diagram berikut:
3
-------------------------------------------------------
ILSAFAT NEGARA
KONSTITUSI (UUD)
UNDANG-UNDANG (UU)
PERATURAN PEMERINTAH (PP)
SURAT KEPUTUSAN MENTERI (SKM)
PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS)
------------------------------------------------------------
Bagaimana aplikasi teori itu dalam menurunkan Pancasila ke dalam undangundang
tentang sistem pendidikan nasional? Itu terlihat dalam uraian singkat
berikut.
Core Pancasila adalah sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa). Pendapat
yang sangat penting itu disimpulkan dari gambar Pancasila sebagai berikut:
Gambar di atas bukanlah gambar Pancasila.
4
Gambar ini pun bukan gambar Pancasila.
Gambar ketiga ini adalah gambar Pancasila. Gambar bintang terletak di tengah
menegaskan bahwa Ketuhanan YME itu adalah core Pancasila. Bila Ketuhanan
YME adalah core Pancasila maka membaca Pancasila haruslah sebagai berikut:
(1) Ketuhanan YME;
(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab berdasarkan Ketuhanan YME;
(3) Persatuan Indonesia yang berdasarkan Ketuhanan YME;
(4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan berdasarkan Ketuhanan YME;
(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berdasarkan Ketuhanan
YME.
Karena Ketuhanan YME adalah core Pancasila, maka seluruh turunannya
(UUD, UU, PP, SKM, JUKNIS) haruslah menempatkan Ketuhanan YME sebagai
core. Pendapat itu ditarik berdasarkan paradigma yang tergambar dalam chart
berikut:
5
----------------------------------------------------------------------------------
ATURAN C O R E
----------------------------------------------------------------------------------
PANCASILA Ketuhanan YME
UUD Ketuhanan YME
UU Ketuhanan YME
PP Ketuhanan YME
SKM Ketuhanan YME
JUKNIS Ketuhanan YME
UUD45 harus menurunkan seluruh nilai yang ada di dalam Pancasila. Nilai
pertama dan utama yang ada dalam Pancasila ialah Ketuhanan YME dan nilai ini
merupakan core Pancasila. Nilai ini telah turun dengan sempurna dalam UUD45.
Itu terlihat pada kata-kata “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha …” yang
tertulis dalam Pembukaan UUD45. Jadi, core UUD45 adalah Ketuhanan YME
itu. Agak disayangkan core itu tidaklah turun secara sempurna ke dalam UU
Nomor 20/2003. Itu terlihat pada pasal 3 UU itu; pada pasal tiga itu keimanan
dan ketakwaan tidak merupakan core sistem pendidikan nasional. Pada pasal 3
UU No.20/2003 disebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Gambarnya sebagai berikut:
6
Keimanan dan ketakwaan menjadi core pendidikan nasional bila rumusan
tujuan itu sebagai berikut: pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Gambarnya sebagai berikut:
Kreatif Cakap
Mandiri Berilmu
Demokratis
Bertanggung
Jaawab
Sehat
Berakhlak
Mulia
Beriman dan
bertakwa
Berilmu Cakap
Sehat Kreatif
Berakhlak
Mulia
Mandiri
Demokratis
Bertanggungjawab
Beriman
Bertakwa
7
OPTIMALISASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
OLEH GURU AGAMA ISLAM
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar
memahami (knowing), terampil melaksanakan (doing), dan mengamalkan
(being) agama Islam melalui kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan Agama
Islam di sekolah (bukan di madrasah) ialah murid memahami, terampil
melaksanakan, dan melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari
sehingga menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
berakhalak mulia dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Optimalisasi Pendidikan Agama Islam (PAI) tidak berarti penambahan
jumlah jam pelajaran di sekolah, tetapi melalui optimalisasi upaya pendidikan
agama Islam. Itu berupa optimalisasi mutu guru agama Islam dan optimalisasi
sarana.
Karakteristik utama PAI adalah banyaknya muatan komponen being, di
samping sedikit komponen knowing dan doing. Hal ini menuntut perlakuan
pendidikan yang banyak berbeda dari pendidikan bidang studi umum.
Pembelajaran untuk mencapai being yang tinggi lebih mengarahkan pada
usaha pendidikan agar murid melaksanakan apa yang diketahuinya itu dalam
kehidupan sehari-hari. Bagian paling penting dalam PAI ialah mendidik murid
agar beragama; memahami agama (knowing) dan terampil melaksanakan
ajaran agama (doing) hanya mengambil porsi sedikit saja. Dua yang terakhir ini
memang mudah.
Berdasarkan pengertian itulah pendidikan agama Islam memerlukan
pendekatan pendekatan naql, akal dan qalbu. Selain itu juga diperlukan sarana
yang memadai sehingga mendukung terwujudnya situasi pembelajaran yang
sesuai dengan karakter pendidikan agama Islam. Sarana ibadah, seperti
masjid/mushallah, mushaf al-Quran, tempat bersuci/tempat wudlu merupakan
salah satu contoh sarana pendidikan agama Islam yang dapat dipergunakan
secara langsung oleh siswa untuk belajar agama Islam.
Peningkatan mutu guru agama Islam diarahkan agar ia mampu mendidik
muridnya untuk menguasai tiga tujuan tadi. Untuk itu perlu ditingkatkan
kemampuannya dalam penguasaan materi pelajaran agama, penguasaan
metodologi pengajaran, dan peningkatan keberagamaannya sehingga ia pantas
menjadi teladan muridnya.
Banyak orang memberikan penilaian terhadap keberhasilan guru agama
Islam (GAI). Pada umumnya, mereka menyatakan bahwa GAI banyak gagal
dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam.
Penelitian menunjukkan bahwa pada aspek knowing dan doing guru
agama tidak gagal; mereka banyak gagal pada pembinaan aspek
keberagamaan (being). Murid-muridnya memahami ajaran agama Islam,
terampil melaksanakan ajaran itu, tetapi mereka sebagiannya tidak
melaksanakan ajaran Islam tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Mereka
memahami hukum dan cara shalat lima, terampil melaksanakan shalat lima,
8
tetapi sebagian dari murid itu tidak melaksanakan shalat lima. Mereka tahu
konsepjujur, mereka tahu cara melaksanakan jujur, tetapi sebagian dari mereka
tetap sering tidak jujur dalam kehidupannya sehari-hari. Jadi, aspek
keberagamaan itulah yang sangat penting untuk ditingkatkan.
Berikut ini adalah uraian singkat tentang metode internalisasi yang
bertujuan untuk meningkatkan keberagamaan siswa sekolah.
Metode Internalisasi
Sesuatu yang telah diketahui dapat saja sekedar diketahui, tempatnya di
otak. Untuk mengetahui apakah murid sudah tahu, guru dapat memberikan soal
ujian atau ulangan. Jika jawabannya benar, berarti murid sudah tahu. Murid
mampu bahkan terampil melaksanakan yang ia ketahui itu. Tempatnya di
anggota badan. Nah, yang di otak dan yang di badan itu boleh jadi menetap
saja di situ; dua-duanya itu masih berada di luar kepribadian, masih berada di
daerah ekstern, belum berada di daerah dalam kepribadian (intern). Karena itu
pengetahuan dan keterampilan harus dimasukkan ke daerah intern. Proses
memasukkan inilah yang disebut internalisasi. Untuk memahami konsep ini lebih
dalam cobalah perhatikan uraian berikut ini.
Tiga Tujuan Pembelajaran
Ada tiga tujuan pembelajaran. Ini berlaku untuk pembelajaran apa saja.
1. Tahu, mengetahui (knowing). Di sini tugas guru ialah mengupayakan agar
murid mengetahui sesuatu konsep. Murid diajar agar mengetahui menghitung
luas bidang. Guru mengajarkan bahwa cara yang paling mudah untuk
mengetahui luas bidang segi empat ialah dengan mengalikan panjang (p)
dengan lebar (l). Guru menuliskan rumus: Luas = panjang x lebar (L=pxl). Guru
mengajarkan ini dengan cara memperlihatkan beberapa contoh bidang. Untuk
mengetahui apakah murid telah memahami, guru sebaiknya memberikan soalsoal
latihan, baik dikerjakan di sekolah maupun di rumah. Akhirnya guru yakin
bahwa muridnya telah mengetahui cara menentukan luas bidang segi empat.
Selesai aspek knowing.
2. Terampil melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui itu (doing).
Dalam hal luas bidang seharusnya murid dibawa ke alam nyata yaitu
menyaksikan bidang (bidang-bidang) tertentu, lantas satu persatu murid (dapat
juga dibagi menjadi kelompok-kelompok) mengukur secara nyata dan
menentukan luas bidang itu. Bila semua murid telah menghitung dengan cara
yang benar dan hasil yang benar maka yakinlah guru bahwa murid telah
mampu melaksanakan yang ia ketahui itu (dalam hal ini konsep dalam rumus
itu tadi). Sampai di sini tercapailah tujuan pembelajaran aspek doing.
3. Melaksanakan yang ia ketahui itu. Konsep itu seharusnya tidak sekedar
menjadi miliknya tetapi menjadi satu dengan kepribadiannya. Dalam hal contoh
tadi setiap ia hendak mengetahui luas, ia selalu menggunakan rumus yang telah
diketahuinya itu. Inilah tujuan pengajaran aspek being.
Dalam pengajaran yang tidak mengandung nilai buruk-baik (seperti
pengajaran Matematika itu) proses dari knowing ke doing, dari doing ke being
itu akan berjalan secara otomatis. Artinya, bila murid telah mengetahui
9
konsepnya, telah terampil melaksanakannya, secara otomatis ia akan
melaksanakan konsep itu dalam kehidupannya. Nanti dalam kehidupannya, ia
akan selalu mengalikan panjang dengan lebar bila mencari luas. Jika ia kurang
baik akhlaknya, paling jauh ia menipu angka, mungkin dia menipu dalam
mengukur panjang atau lebar, tetapi rumus itu tidak mungkin
diselewengkannya. Karena itu dalam pengajaran yang tidak mengandung nilai
(maksudnya: konsepnya bebas nilai) proses pembelajaran untuk mencapai
aspek being tidaklah sulit. Sangat berbeda bila dibandingkan dengan konsep
yang mengandung nilai. Perhatikan contoh berikut.
Tiga Tujuan Pembelajaran Shalat
Dengan memakai teori di atas kita dapat mengurai tiga tujuan pembelajaran
shalat sebagai berikut:
1. Tahu konsep shalat (knowing).
Dalam hal ini murid mengetahui definisi shalat, syarat dan rukun shalat,
serta hukum shalat dalam ajaran Islam. Untuk mencapai tujuan ini guru dan
murid dapat memilih metode yang telah banyak tersedia. Metode ceramah
boleh digunakan, diskusi juga mungkin, tanya jawab baik juga, dan seterusnya.
Untuk mengetahui apakah murid memang telah paham konsep, syarat dan
rukun shalat, guru dapat menyelenggarakan ujian berupa ujian harian yang
sering disebut ulangan harian, atau dengan cara lain. Yang diuji hanyalah aspek
pengetahuannya tentang konsep, syarat, dan rukun shalat. Jika hasil ujian
semuanya bagus, berarti tujuan pembelajaran asepek knowing telah tercapai.
1. Terampil melaksanakan shalat (doing).
Untuk mencapai tujuan ini metode yang baik kita gunakan ialah metode
demonstrasi. Guru mendemonstrasikan shalat untuk memperlihatkan cara
shalat. Lantas murid satu demi satu (imgat: satu demi satu)
mendemonstrasikan shalat. Guru dapat memutarkan video rekaman shalat
(lengkap fi’liyah dan qauliyahnya) dan murid menontonnya. Tatkala murid
diminta mendemonstrasikan, guru telah dapat sekaligus memberikan penilaian.
Jadi, di sini dilakukan pengajaran sekaligus penilaian. Bila guru telah yakin
seluruh (sekali lagi seluruh) murid telah mampu melaksanakan (artinya terampil
dalam cara shalat), maka tujuan aspek doing telah tercapai.
2. Murid melaksanakan shalat dalam kehidupannya sehari-hari (being).
Nah, di sinilah bagian yang paling rumit itu. Sebenarnya, kekurangan
pendidikan agama di sekolah selama ini hanya terletak di sini, tidak pada aspek
knowing dan doing. Bagian knowing dan doing telah beres dan telah mencapai
hasil yang sangat bagus karena bagian ini memang mudah. Jadi, jika berbicara
metode pembelajaran agama Islam, sebenarnya untuk tujuan pertama
(knowing) dan kedua (doing) itu sudah tidak ada lagi persoalan, anggap saja
telah selesai, tidak lagi perlu diberikan pelatihan tentang itu. Itu sudah beres,
katakanlah baik secara keilmuan maupun dalam pelaksanaan. Bagaimana
metode untuk meningkatkan keberagamaan siswa. Ini aspek being.
Inilahpersoalan kita.
Pengetahuan masih berada di otak, di kepala, katakanlah masih berada di
pikiran, itu masih berada di daerah luar (extern); keterampilan melaksanakan
10
juga masih berada di daerah extern. Upaya memasukkan pengetahuan
(knowing) dan keterampilan melaksanakan (doing) itu ke dalam pribadi, itulah
yang kita sebut sebagai upaya internalisasi atau personalisasi. Internalisasi
karena memasukkan dari daerah extern ke intern, personalisasi karena upaya
itu berupa usaha menjadikan pengetahuan dan ketermpilan itu menyatu dengan
pribadi (person).
Metode internalisasi itu diaplikasikan dalam berbagai teknik. Ada dua tenik
utama. Pertama, teknik pengajaran kognitif; untuk ini Anda dapat menyusun
program pengajaran kognitif dengan menggunakan uraian afektifnya Bloom
dan kawan-kawan. Kedua teknik non pengajaran kognitif, seperti yang diuraikan
berikut ini.
1. Peneladanan
Pendidik meneladankan kepribadian muslim, dalam segala aspeknya baik
pelaksanaan ibadah khas maupun yang ‘am. Yang meladankan itu tidak hanya
guru, melainkan semua orang yang kontak dengan murid itu, antara lain guru
(semua guru), kepala sekolah, pegawai tata usaha, dan segenap aparat sekolah
termasuk pesuruh, penjaga sekolah, penjaga sepeda, dan orang-orang yang
berjualan di sekitar sekolah. Terpenting ialah peneladanan oleh orang tua murid
di rumah. Mereka itu seharusnya meneladankan tidak hanya pengamalan
ibadah khas, tetapi juga ibadah yang umum seperti meneladankan kebersihan,
sifat sabar, kerajinan, transparansi, musyawarah, jujur, kerja keras, tepat
waktu, tidak berkata jorok, mengucapkan salam, seyum, dan seterusnya
mencakup seluruh gerak gerik dalam kehidupan sehari-hari yang telah diatur
oleh Islam.
Mengapa peneladanan sangat efektif untuk internalisasi? Karena murid
secara psikologis senang meniru, kedua karena sanksi-sanksi sosial, yaitu
seseorang akan merasa bersalah bila ia tidak meniru orang-orang di sekitarnya.
Dalam Islam bahkan peneladanan ini sangat diistimewakan dengan
menyebut bahwa nabi itu teladan yang baik (uswah hasanah). Nabi dan Tuhan
menyatakan teladanilah nabi. Dalam perintah yang ekstrem disebutkan barang
siapa yang menginginkan berjumpa dengan Tuhannya hendaklah ia mengikuti
Allah dan rasulNya.
Jika di atas dikatakan pembelajaran agama Islam selama ini gagal pada
bagian keberagaman, sangat mungkin guru agama dan para pendidik lainnya
kuarang memperhatikan teori ini.
2. Pembiasaan
Kadang-kadang kepala sekolah merasa terlalu banyak waktu akan terbuang
bila pembiasaan hidup beragama terlalu maksimal di sekolahnya. Ada
pembiasaan shalat berjama’ah zuhur, dikatakan merepotkan, memboroskan
waktu. Ada pembiasaan melaksanakan shalat jum’at di sekolah, disebut
memboroskan waktu dan merepotkan.
Satu kelas menengok kawannya yang sakit, digunakan waktu 60 menit, itu akan
merugikan jam pelajaran efektif, urunan untuk membantu teman yang sakit
disebut pemborosan, dan sebagainya.
11
Pandangan ini sebenarnya sangat keliru. Inti pendidikan yang sebenarnya
ialah pendidikan akhlak yang baik. Akhlak yang baik itu dicapai dengan
keberagamaan yang baik, keberagamaan yang baik itu dicapai dengan –antara
lain- pembiasaan. Jarang kepala sekolah menyadari bahwa bila akhlak murid
baik, maka pembelajaran lainnya akan dapat dilaksanakan dengan lebih mudah
dengan hasil yang lebih baik. Konsep ini sekalipun sangat jelas, pada umumnya
belum juga disadari oleh para guru.
3. Shalat sunnat mutlak sebagai pengganti ceramah Israk Mikraj.
Tatkala tiba hari peringatan isra mikraj, biasanya ada ceramah. Isi ceramahnya
sudah ditebak murid-murid. Karena itu sesekali tidak perlu ada ceramah.
Diumumkan pada murid, besok siap wudluk dari rumah, bawa pakaian slahat,
kita akan mengadakan peringatan israk mikraj. Tiba waktunya, pada jam
pelajaran pertama, semua murid disuruh masuk musholla atau aula, lantas
melakukan shalat sunat sebanyak –misalnya- 20 rakaat, lakukan dua-dua,
namanya shalat sunat mutlak. Itu akan menggunakan waktu sekitar 30 menit
termasuk persiapan. Isra mikraj itu intinya ialah shalat. Setelah selesai
kembalilah ke kelas, jam pelajaran efektif hanya terpakai sekitar 40 menit
secara keseluruhan.
4. Membaca shalawat sebagai pengganti ceramah Maulud Nabi.
Tatkala peringatan maulud nabi, sesekali tidak perlu ada ceramah, toh
ceramahnya rata-rata sudah dapat ditebak. Guru mengumumkan pada murid
bahwa besok kita mengadakan peringatan maulud nabi. Besoknya murid-murid
semua dikumpulkan di aula atau musholla (bila dapat menampung). Guru
mengomando, mari kita membacakan shalawat untuk nabi, selama 20 menit.
Guru agama, atau guru lain, atau salah seorang murid memimpin pembacaan
shalawat. Bila telah selesai, kembalilah ke kelas. Jam pelajaran efektif hanya
terpakai kurang dari 30 menit.
5. Berbagai perlombaan
Perlombaan-perlombaan banyak yang dapat dimanfaatkan sebagai teknik
internalisasi yang dimaksud. Perlombaan mengarang yang isinya diarahkan ke
nilai-nilai keberagamaan, perlombaan berpidato atau khutbah, cerdas cermat,
dan sebangsanya merupakan pilihan yang layak dipertimbangkan.
6. Berbagai doa
Do’a akan memulai pelajaran boleh saja sekali-sekali membaca sesuatu ayat
(atau beberapa ayat) al-Qur`an. Do’a selesai belajar sebaiknya jangan satu
macam. Boleh diganti dengan bacaan semacam wirid. Misalnya, guru berkata
anak-anak kita telah selesai belajar, kita akan pulang kerumah, mari kita
membaca ayat kursi 3 kali, mulai. Lantas pulang dan guru tidak usah
mengucapkan apa-apa lagi.
7. Menyanyikan lagu-lagu keagamaan
Ini baik sekali bagi murid-murid Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.
12
8. Membaca Al-Qur`an
Sekira 10 menit sebelum jam pelajaran pertama dianjurkan anak-anak itu
membaca al-Qur`an yang dibawanya dari rumah.
9. Selalu thahur
Maksudnya, para murid itu selalu dalam keadaan wudluk, wudluknya tidak
pernah batal. Guru dapat menganjurkan murid-muridnya agar selalu thahur;
tentu saja guru meneladankan.
10. Puasa sunnat
Murid-murid sangat dianjurkan melaksanakan puasa sunnat, misalnya puasa
Senen Kamis, Senan saja atau Kamis saja, sebaiknya guru meneladankan.
Pendidikan menuju keberagamaan yang tinggi harus didukung oleh semua
pihak, termasuk orang tua di rumah. Dukungan itu sebenarnya merupakan
bagian dari penerapan metode internalisasi tadi.
Upaya menemukan teknik-teknik itu harus ada pada guru-guru, spesifikasi
sekolah dan tempat pendidikan masing-masing berbeda, teknik-tenik tertentu
tepat pada suatu tempat belum tentu cocok digunakan di tempat lain.
Kebiasaan di pesantren akan merupakan sumber belajar guru dalam rangka
menemukan teknik lebih banyak dan lebih variatif. Memasukkan konsep ke
dalam susunan berbentuk karangan indah, nyanyian, merupakan kemungkinan
teknik internalisasi yang cukup efektif terutama pada murid-murid tingkat
taman kanak-kanak dan sedolah dasar sembilan tahun.
Apa yang dikemukakan di atas, yaitu metode internalisasi dan tekniktekniknya,
masih dalam bentuk gagasan. Nanti setelah sering dicobakan dan
ternyata hasilnya baik, maka gagasan tersebut menjadi teori ilmu (sain)
pendidikan; sementara ini gagasan itu masih berada di daerah filsafat
pendidikan.
INTEGRASI AJARAN AGAMA ISLAM KE DALAM
PEMBELAJARAN
Penyelenggaraan pendidikan keimanan dan ketakwaan (imtak) itu adalah
tugas sekolah, bukan tugas guru agama saja. Tujuan pendidikan imtak itu tidak
akan tercapai bila hanya dilakukan oleh guru agama saja. Karena itu kepala
sekolah, semua guru, semua karyawan, dan orang tua murid harus ikut
menyelenggarakan pendidikan imtak itu.
Bab ini membicarakan sebagian yang harus dilakukan oleh guru umum
dalam rangka membantu terselenggaranya pendidikan imtak agar pendidikan
imtak itu lebih maksimal hasilnya.
Yang dimaksud dengan guru umum ialah guru yang mengajarkan mata
pelajaran umum, seperti guru Matematika, guru Biologi, guru Olah Raga, dan
lain-lain, pokoknya guru selain guru agama. (Penyebutan guru umum ini sudah
13
tepat; itu bukan pertanda kita menganut dikotomi. Umum itu lawannya khusus,
bukan agama. Sering orang mengatakan umum-agama sebagai tanda penganut
dikotomi).
Bagaimana cara guru umum melaksanakan pendidikan imtak, sementara ia
bukan guru agama? Caranya ialah dengan mengintegrasikan ajaran agama ke
dalam pembelajarannya.
Pengintegrasian itu dapat dilakukan pada:
a. Pengintegrasian materi pelajaran,
b. Pengintegrasian proses
c. Pengintegrasian dalam memilih bahan ajar
d. Pengintegrasian dalam memilih media pengajaran.
Pengintegrasian materi, maksudnya ialah mengintegrasikan konsep atau
ajaran agama ke dalam materi (teori, konsep) pengetahuan umum yang sedang
diajarkan. Ini terbagi menjadi beberapa kemungkinan:
a. Pengintegrasian filosofis, bila tujuan fungsional mata pelajaran (umum)
sama dengan tujuan fungsional mata pelajaran agama. Misalnya: Islam
mengajarkan perlunya hidup sehat, sementara Ilmu Kesehatan juga
mengajarkan perlunya hidup sehat. Matematika mengajarkan teliti, Islam
juga mengajarkan teliti.
b. Pengintegrasian karena konsep agama berlawanan dengan konsep
pengetahuan umum. Misalnya (jika benar) guru Biologi mengajarkan
manusia berasal dari monyet (mungkin mengacu pada teori Darwin)
sementara guru agama Islam mengajarlkan bahwa manusia berasal dari
Adam, dan Adam dari tanah. Yang berlawanan ini harus diselesaikan:
mungkin guru agama Islam (GAI) yang salah mungkin juga guru Biologi
yang keliru. Yang penting, konsep yang berlawanan itu jangan diajarkan
seperti itu. Misalnya, GAI mengajarkan bahwa bunga bank, betapapun
kecilnya, haram; sementara guru Ekonomi mengajarkan bahwa bunga bank
boleh. Ini pun harus diselesaikan. Murid tidak boleh diajari konsep yang
berlawanan.
c. Pengintegrasian dapat dilakukan jika konsep agama saling mendukung
dengan konsep pengetahuan (umum). Misalnya Guru Ilmu Kesehatan
sedang mengajarkan konsep bahwa kebanyakan penyakit berasal dari
makanan; lantas ia mengajarkan bahwa diet itu perlu untuk kesehatan. guru
Ilmu Kesehatan itu dapat meneruskan bahwa puasa adalah diet yang sangat
baik. Cukup begitu saja, tidak usah menuliskan dalil atau uraian lebih
banyak. Misalnya lainnya. Guru Astronomi sedang menerangkan benda
angkasa, bahwa benda angkasa itu beredar pada garis edarnya masingmasing.
Lantas ia mengatakan bahwa ada ayat al-Qur`an yang menjelaskan
bahwa memang benda-benda di langit itu beredar pada garis edarnya
masing-masing karena diatur Allah demikian. Cukup sebegitu, tidak usah
pakai dalil atau uraian lain.
Pengintegrasian perlu dilakukan juga dalam proses pembelajaran.
Konsepnya: jangan ada proses pembelajaran yang berlawanan dengan ajaran
agama Islam. Misalnya: guru renang laki-laki mengajari murid perempuan
14
berenang. Penyelesaiannya ialah mengganti guru renang lelaki dengan guru
renang perempuan. Dengan demikian proses berjalan sesuai dengan ajaran
Islam. Demikian juga pada proses yang lain seperti pengajaran menari dan lain
sebagainya.
Pengintegrasian perlu juga dilakukan dalam memilih bahan ajar. Misalnya
guru Bahasa Indonesia dapat memilih bahan ajar yang memuat ajaran Islam
untuk dibahas, misalnya dalam memilih sanjak; juga dalam memilih bahan
bacaan lainnya. Di sini, guru Bahasa Indonesia itu memang berniat hendak
meningkatkan imtak siswa melalui pengajaran Bahasa Indonesia.
Pengintegrasian juga dapat dilakukan dalam memilih media. Misalnya,
tatkala guru Matematika memilih sosok, ia menggunakan sosok mesjid untuk
mengganti rumah. Ia mengajarkan bahwa satu mesjid ditambah dua mesjid
sama dengan tiga mesjid. Tentu itu hanya dilakukan sekali-sekali saja.
Pengintegrasian itu dilakukan secara selintas, seperti tidak disengaja, tidak
formal, tidak ditulis dalam lesson plan (persiapan mengajar), tidak dievaluasi
baik pada post-test mapun pada ulangan umum, tidak mengurangi waktu
efektif pengajaran umum.
Usaha pengintegrasian materi ini, di samping untuk membantu tercapainya
tujuan PAI juga berdaya dalam menghilangkan pandangan dikotomis yang
menganggap bahwa pengetahuan (pengetahuan ilmu, pengetahuan filsafat,
pengetahuan mistik) merupakan pengetahuan bebas nilai. Demikian pula
agama dipandang sebagai sesuatu yang tidak memiliki kaitan dengan
pengetahuan itu. Keduanya tidak dapat dipertemukan, bahkan agama dapat
dianggap penghambat perkembangan pengetahuan.
Pandangan tersebut merupakan akibat dari cara pandang yang keliru, baik
terhadap agama maupun terhadap pengetahuan umum. Jika integrasi agama
dengan pengetahuan umum berhasil dengan baik, maka salah satu hasilnya
ialah agama itu akan memandu pengetahuan umum.
INTEGRASI AJARAN ISLAM KE DALAM
KEGIATAN EKSTRA KURIKULER
Melalui kegiatan ekstrakurikuler peningkatan imtak siswa dapat dilakukan
sekolah dengan memfasilitasi siswa mengembangkan berbagai kegiatan
ekstrakurikuler baik yang berkaitan dengan mata pelajaran umum yang
bernuansa keagamaan maupun kegiatan ekstrakurikuler keagamaan.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan di luar jam
pelajaran yang tercantum dalam susunan program sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan pengayaan dan
perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler. Contoh-contoh
kegiatan ekstra kurikuler antara lain ialah kepramukaan, usaha kesehatan
sekolah, olah raga, palang merah, kesenian.
15
Berbagai kegiatan ekstra kurikuler itu dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan keberagamaan siswa. Sebagai contoh guru mata pelajaran IPS
dapat mengembangkan pokok bahasan yang berkaitan dengan kehidupan
sesama manusia. Dalam pokok bahasan tersebut diuraikan mengenai
tanggungjawab terhadap orang miskin. Pokok bahasan ini dapat dikembangkan
menjadi suatu kegiatan ekstrakurikuler berupa pengumpulan dana, atau bahan
makanan, atau pakaian layak pakai termasuk pakaian seragam sekolah layak
pakai untuk disumbangkan kepada orang yang memerlukan.
Penyalurannya biasa melalui yayasan, panti, atau diberikan secara langsung.
Dalam hal jenis pengumpulan dana, dana tersebut juga dapat diberikan dalam
bentuk beasiswa kepada teman-teman sekolahnya.
Ekstrakurikuler yang Mendukung Peningkatan Imtak
1) Tidak boleh ada kegiatan ekstrakurikuler yang tidak memberi
kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan kewajiban agamanya.
2) Membuat berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang bernuansa kondusif
dalam mendukung pengamalan nilai-nilai imtaq.
Kegiatan lomba dalam upaya memantapkan hidup bersih dapat dilakukan
melalui kegiatan ekstrakurikuler, misalnya saja masing-masing kelas diberi
tugas merawat kebersihan kelas dan merawat taman. Kegiatan ini dapat
berlanjut menjadi kegiatan lomba secara sederhana sebagai upaya memotivasi
para siswa.
Banyak hal mengenai ajaran Agama Islam yang dapat diaktualisasikan
kedalam kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dilakukan setiap saat sebagai
upaya pembinaan secara ajeg. Ajaran yang mengajak hidup hemat, tidak boros
sebagai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, serta pokok bahasan
membahas tentang kebutuhan manusia yang tak terbatas berhadapab dengan
sarana atau sumber yang terbatas (kelangkaan) dan adanya pengorbanan
ekonomis untuk memperolehnya sebagai poko bahasan mata pelajaran
Ekonomi, dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan menabung.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan
keseharian yag terintegrasi dengan tata kehidupan sekolah. Misalnya kelompok
kebersihan kelas, kelompok pelestarian alam atau taman sekolah atau kelompok
diskusi.
PENCIPTAAN SUASANA SEKOLAH YANG KONDUSIF BAGI
PERKEMBANGAN KEBERAGAMAAN SISW
Suasana sekolah diduga sangat berpengaruh terhadap berkembangnya
keberagamaan siswa. Suasana sekolah yang kondusif itu mengusahakan hal-hal
berikut.
1) Keamanan
16
Keamanan merupakan modal pokok dalam menciptakan suasana yang
harmonis dan menyenangkan di sekolah. Keamanan di sini adalah rasa aman
adan tentram serta bebas dari rasa takut, baik lahir maupun batin, yang
dirasakan oleh seluruh warga sekolah. Suasana sekolah yang aman dan tentram
dapat memacu warga sekolah untuk melakukan aktivitas dengan baik, tanpa
diikuti rasa waswas yang dapat mengganggu proses belajar-mengajar di kelas.
Tanpa rasa aman, maka semua kegiatan pendidikan termasuk upaya
peningkatan iman dan taqwa siswa tidak akan berjalan dengan baik.
Rasa aman dapat diciptakan melalui penataan kondisi sekolah yang
sedemikian rupa, sehingga ancaman dan gangguan baik-baik fisik maupun
psikologis dapat diatasi dengan baik. Sekolah harus proaktif mengantisipasi dan
mengatasi segala bentuk gangguan baik yang timbul dari dalam maupun luar
lingkungan sekolah. Sekolah juga haus memberikan rasa aman kepada semua
warga sekolah untuk berpikir, berpedapat, dan melakukan hal-hal yang bersifat
konstruktif dan produktif. Dengan demikian fungsi sekolah selain memberikan
jaminan keamanan atas kebebasan menyatakan pendapat dan bertindak sesuai
dengan tuntutan norma.
2) Kebersihan
Kebersihan adalah sebagian dari iman. Suasana bersih, sehat dan segar
yang terasa dan tampak pada seluruh ruang kelas, ruang kerja, kamar mandi,
halaman, dan fasilitas sekolah lainnya merupakan kodisi yang harus diciptakan
sekolah untuk mendukung iklim sekolah yang kondusif. Selain perintah agama,
kebersihan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan karena bersih
merupakan cermin keterauran dalam kehidupan. Karena itu, kebiasaan hidup
bersih hendaknya disosialisasikan kepada peserta didik melalui kegiatankegiatan
nyata di sekolah.
Hidup bersih tidak hanya terbatas pada aspek fisik belaka, namun juga
menyangkut aspek psikis. Kebersihan batiniah merupakan aspek yang harus
mendapat perhatian yang seksama dari sekolah. Kebersihan batiniah
menyangkut berbagai perilaku psikis yang diwujudkan dalam sikap jujur,
pemaaf, ikhlas, tidak dengki, tidak dendam, dan semacamnya. Dengan kata
lain, kebersihan batin merupakan upaya membersihkan diri dari penyakit hati
yang dapat merusak keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan serta dapat
merusak tali silaturahim antar sesama muslim dan umat manusia apada
umumnya.
3) Ketertiban
Ketertiban adalah suatu kondisi yang mencerminkan suatu keharmonisan
dan keteraturan dalam pergaulan antarwarga sekolah, dalm penggunaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, dalam penggunaan waktu belaajr
mengajar, dan dalam hubungan dengan masyarakat sekitar. Ketertiban ini tidak
tercipta dengan sendirinya melainkan diupayakan oelh setiap warga sekolah
untuk mewujudkannya melalui lingkungan yang terkecil, seperti kelas,
perpustakaan, ruang kerja, dan kamar mandi/toilet kemudian meluas ke
lingkungan dalam sekolah dan lingkungan luar sekolah.
17
Untuk mewujudkan kondisi tertib ini, sekolah hendaknya menetapkan
seperangkat tata tertib sekolah yang meliputi tata tertib siswa, tata tertib guru
dan karyawan. Di damping itu, sekolah hendaknya menyediakan sarana dan
prasarana sekolah untuk menunjang terlaksananya ketertiban sekolah seperti
tempat parkir, tempat sampah, kantin/tempat makan dan semacamnya.
Pengawasan pelaksanaan ketertiban juga diperlukan agar semua warga sekolah
dapat mentaati semua tata tertib sekolah dan menggunakan semua perangkat
sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan fungsi masing-masing.
4) Keteladanan
Nabi Muhammad SAW berhasil menanamkan iman amat kuat pada
muridnya. Salah satu cara yang beliau tempuh dalam menanamkan iman ialah
dengan meneladankan; beliau jauh lebih banyak meneladankan daripada
mengajarkan secara lisan.
Keteladanan merupakan salah satu kunci utama dalam penanaman dan
peningkatan iman, sebab dengan menampilkan berbagai bentuk aplikasi dari
keimanan dan ketakwaan, orang yang melihatnya akan langsung mampu
meniru perbuatan baik tersebut, tanpa sulit memahaminya.
Keteladanan merupakan salah satu metoda dalam penanaman nilai-nilai
agama yang paling efektif. Menyampaikan ajaran Islam seharusnya lebih
banyak melalui peneladanan, sehingga nilai-nilai kebenaran itu tidak hanya
eksis pada tataran kognitif saja, tetapi benar-benar terwujud dalam kehidupan
sehari-hari.
Para guru yang memiliki kewajiban menyampaikan nilai-nilai keimanan dan
ketakwaan, tidak merasa cukup dengan hanya mengajarkannya di kelas melalui
pembelajaran, akan tetapi guru merasa wajib menyampaikan perannya sebagai
sosok yang mampu ditaati dan ditiru siswa. Maka metoda peneladanan ini akan
semakin penting perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif untuk
menumbuhkembangkan keimanan dan ketakwaan siswa. Metode ini amat
penting diketahui dan digunakan juga oleh orang tua di rumah.
5) Keterbukaan
Sifat transparansi dari sistem manajemen sekolah dan pada setiap
permasalahan, merupakan sifat keterbukaan yang harus ada pada sistem
persekolahan. Dengan adanya keterbukaan dari setiap insn sekolah, diharapkan
tidak terjadi adanya saling curiga, berburuk sangka, beriri hati, fitnah dan sifatsifat
buruk lainnya yang cenderung mengaiaya dan merusak hak orang lain.
Sistem manajemen sekolah yang transparan terutama dalam manajemen
keuangan sangatlah penting, sebab seringkali masalah keuangan ini jika
dikelola dengan tidak transparan menyebabkan masalah-masalah yang serius,
yang berakibat tidak harmonisnya hubungan antar insan sekolah. Keadaan
harmonis ini akan menciptakan situasi yang kondusif bagi tumbuh kembangnya
keimanan dan ketaqwaan insan sekolah, terutama siswa.
Untuk menciptakan suasana seperti itu sebaiknya diperhatikan hal-hal berikut ini.
1) Peraturan Sekolah
18
Peraturan yang dikeluarkan sekolah merupakan aspek pertama yang harus
ada dalam upaya pengembangan suasana sekolah yang kondusif. Salah satu
dari peraturan ini adalah tata tertib sekolah yang memuat hak, kewajiban,
sanksi, dan penghargaan bagi siswa, kepala sekolah, guru dan karyawan. Tata
tertib sekolah ini hendakmnya mencerminkan nilai-nilai ketakwaan.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk dimasukan dalam tata
tertib sekolah dalam rangka peningkatan imtaq siswa antara lain:
a) Kewajiban mengucapkan salam antar sesama teman, dengan kepala sekolah
dan guru, serta dengan karyawan sekolah apabila baru bertemu pada pagi
hari atau mau berpisah pada siang/sore hari.
b) Berdoa sebelum guru akan memulai mengajar di pagi hari dan ketika
pelajaran akan diakhiri di siang/sore hari.
c) Kewajiban untuk melakukan ibadah bersama, seperti shalat dzuhur
berjamaah untuk melatih disiplin beribadah dan jiwa kebersamaan.
d) Kewajiban untuk mengikuti kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh
sekolah, seperti peringatan hari-hari besar islam, pesantren ramadhan,
pesantren kilat semacamnya.
e) Kewajiban untuk ikut menciptakan suasana aman, bersih, sehat, indah,
tertib, kekeluargaan, dan rindang di lingkungan sekolah dan sekitarnya.
f) Siswa berpakaian sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran Islam, seperti
memakai kerudung bagi siswa putri.
Peraturan tersebut hendaknya dibuat dan dibahas bersama-sama dengan
melibatkan unsur kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, dan Komite Sekolah
sehingga berbagai nilai, norma, dan aturan yang telah dibuat dapat disepakati
dan dilaksanakan bersama secara konsekuen.
2) Tenaga Pembina
Untuk menciptakan suasana sekolah yang kondusif bagi peningkatan imtaq
siswa diperlukan tenaga pembina yang secara terus menerus melakukan
bimbingan, arahan, dan pengawasan, terhadap segenap aspek yang berkaitan
dengan program imtaq di sekolah. Kegiatan pembinaan ini harus melibatkan
segenap potensi sumberdaya manusia yang tersedia disekolah, sehingga
gerakan pembinaan ini berjalan secara serentak dan terintegrasi.
Setidaknya ada tiga komponen tenaga pembina suasana sekolah yang
kondusif bagi peningkatan imtak siswa, yaitu kepala sekolah, guru agama, dan
guru umum.
a) Kepala Sekolah
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah mempunyai peran yang
sangat sentral dalam upaya penciptaan suasana sekolah yang memungkinkan
dapat mendorong peningkatan imtak siswa. Peran ini dapat dilakukan kepala
sekolah sebagai manajer pendidikan dalam mengelola segenap sumberdaya
pendidikan (sumberdaya manusia, dana, dan sarana parasarana) yang tersedia
di sekolah.
Dalam upaya ini, kepala sekolah harus mampu mengatur tenaga pembina
utama kegiatan pembinaan imtaq siswa, menyediakan sarana dan parasarana
yang diperlukan, menggalang dan menyediakan berbagai dana yang diperlukan
19
untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan imtaq.
Berbagai upaya ini hendaknya diprogramkan secara integral dengan program
kegiatan sekolah yang yang disusun setiap tahun dengan melibatkan berbagai
pihak termasuk orang tua murid.
b) Guru Agama Islam
Guru Agama Islam (GAI) merupakan tenaga inti yang bertanggung jawab
langsung terhadap pembinaan watak, kepribadian, keimanan, dan ketaqwaan
siswa di sekolah.
c. Guru Umum Tenaga Kependidikan Lainnya
3) Sarana Prasana
Faktor dominan, disamping ketenagaan dan peraturan sekolah, dalam
menciptakan suasana sekolah yang kondusip bagi peningkatan imtak siswa
adalah ketersediaan sarana dan parasarana sekolah yang dapat menunjang
kegiatan pembinaan. Sarana dan prasarana pendidikan yang baik dan
penataannya yang teratur akan memberikan nuansa yang menyenangkan bagi
segenap warga sekolah dalam melaksanakan kegiatan masing-masing termasuk
dalam pembinaan keagamaan siswa.
Beberapa sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menciptakan suana
sekolah yang kondusif bagi pembinaan siswa antara lain:
a) Lingkungan fisik dan psikologis sekolah yang aman, bersih dan sehat, yang
dilengkapi dengan pemagaran sekeliling sekolah, tanaman dan pepohonan
yang rindang kebun dan tanaman bunga yang tertata rapi, lingkungan
sekolah yang jauh dari kebisingan suara dan polusi udara, serta lingkungan
sekolah yang bebas dari jaringan dan pusat peredaran obat-obatan
psikotropika dan obat terlarang lainnya.
b) Tempat ibadah berupa mushallah atau masjid yang dapat menampung siswa
untuk melaksanakan shalat wajib berjamaah, khususnya shalat duhur dan
shalat Juma’at. Bilamana sekolah belum mempunyai mushalla atau masjid
ruang-ruang sekolah lainnya yang volume penggunaannya relatif kecil atau
ruang yang tidak dipakai dapat dijadikan sarana ibadah siswa. Mushalla atau
ruang ibadah yang kecil dapat digunakan secara bergantian antar kelompok
siswa untuk melakukan shalat berjamaah dengan bimbingan GPAI atau guru
lainnya yang ditunjuk.
c) Tempat pengambilan air wudlu bagi siswa yang akan menjalankan shalat.
Tempat ini dapat menggunakan kamar kecil yang ada atau kran air yang
dibuatkan secara khusus di dekat mushalla atau ruang ibadah. Kran air yang
dibuat khusus ini lebih baik dari pada kamar kecil karena lebih terjamin
kebersihannya dan siswa dapat mengambil air wudlu dari air yang mengalir.
d) Aula atau ruang besar yang dapat digunakan untuk kegiaran ceramah
agama, peringatan hari-hari besar Islam atau diskusi tentang masalah imtaq
dan iptek. Biasanya di sekolah-sekolah besar ruang pertemuan dengan
kapasitas besar sudah tersedia, sehingg ruang tersebut dapat digunakan
secara bergantian dengan acara-acara lainnya.
e) Kitab suci al-Quran dengan terjemahnya, kitab-kitab hadits dengan
terjemahnya, buku-buku ibadah, fiqh, akhlaq, tarikh islam, dan buku-buku
20
islam lainnya. Kitab dan buku tentang keislaman ini sebaiknya diletakkan di
mushalla atau perpustakaan yang setiap saat dapat dipinjam atau dibaca
oleh siswa.
f) Hiasan dinding, ornamen, dan kaligrafi yang bernuansa Islam yang dapat
dipajang pada ruang-ruang kelas, ruang guru dan tata usaha, perpustakaan,
serta ruang lainnya yang memungkinkan.
g) Kamar kecil tempat pembuangan air kecil dan besar yang terjaga
kebersihannya yang dibagi antara siswa laki-laki dan perempuan.
h) Penyediaan air bersih dan pembuangan air kotoran merupakan syarat
terjaganya fasilitas umum ini. Walaupun di sekolah terdapat petugas
kebersihan, namun program untuk menjaga kebersihan kamar kecil menjadi
tanggung jawab warga sekolah, khususnya para siswa.
Program Kegiatan
Beberapa program kegiatan yang dapat dilakukan sekolah bagi
pengembangan suasana sekolah kondusif antara lain:
1) Menata lingkungan sekolah secara teratur, antara lain taman dan kebun
sekolah, halaman bermain, tempat duduk untuk beristirahat, tanaman dan
pepohonan lainnya, serta bangunan fisik lainnya. Program ini bisa dilakukan
dengan memberikan tanggung jawab pemeliharaan lingkungan kepada
siswa secara berkelompok yang diatur secara bergantian.
2) Melaksanakan kebiasaan bersikap dan berperilaku sesuai dengan tuntunan
akhlaqul karimah yang dicontohkan Rasulullah saw, seperti mengucapkan
dan atau menjawab salam kepada sesama teman di sekolah, berdoa
sebelum memulai pelajaran, mendoakan teman atau anggota keluarganya
yang sakit, atau yang sedang ditimpa musibah, bersikap santun dan rendah
hati, saling menghormati dan menolong antar sesama, dan semacamnya.
Upaya pembiasaan ini harus dilakukan setiap hari, sejak siswa masuk di
kelas satu, sehingg akhlak yang luhur ini menjadi budaya pergaulan siswa di
sekolah.
3) Melaksanakan shalat dhuhur berjamaah dan shalat juamat untuk
meningkatkan disiplin ibadah dan memperdalam rasa kebersamaan dan
persaudaraan antar sesama muslim. Dalam kegiatan ini, murid secara
bergantian menjadi imam, muadz-dzin, khatib, dan penceramah. Sesudah
shalat dhuhur diupayakan diadakan kuliah tujuh menit (kultum) untuk
melatih siswa mengemukakan pokok-pokok pikirannya tentang nilai dan
norma agama islam yang menjadi anutan dan bimbingan perilaku setiap
hari.
4) Mengumpulkan zakat, infaq dan shadaqah (ZIS), mengumpulkan pakaian
bekas seragam sekolah atau pakaian bekas lainnya, mengumpulkan bukubuku
bekas yang tidak terpakai untuk diberikan kepada fakir miskin, anak
yatim piatu, dan orang lain yang membutuhkan. Kegiatan ini bermanfaat
untuk membina sikap dan rasa peduli antar sesama yang secara ekonomis
kurang beruntung.
5) Melaksanakan pesantren ramadhan dan pesantren kilat untuk memberikan
tambahan pengetahuan dan pemahaman tentang nilai dan norma islam
21
yang dilaksanakan pada bulan ramadhan dan liburan panjang. Program ini
akan mencapai keberhasilan apabila disiapkan secara matang dengan
mendayagunakan semua sumber daya yang tersedia di sekolah dan
lingkungan sekitar.
6) Melaksanakan peringatan hari-hari besar Islam untuk meningkatkan dakwah
dan wawasan siswa tentang sejarah, nilai, dan norma agama Islam yang
berkembang di masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Kegiatan
ini sebaiknya dilakukan dengan mengadakan kerjasama dengan lembagalembaga
Islam yang berada di sekitar sekolah, seperti mesjid, pondok
pesantren, pusat-pusat studi Islam, dan semacamnya.
7) Melaksanakan lomba karya tulis ilmiah di lingkungan sekolah atau antar
sekolah tentang pentingnya imtaq dan iptek untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir, berpersepsi, dan memberikan gagasangagasan
baru tentang pentingnya aspek keagamaan dalam pembangunan
bangsa di abad informasi ini.
8) Melakukan kunjungan ke tempat-tempat studi dan peninggalan agama
Islam, seperti Islamic Center, mesjid-mesjid besar, pondok pesantren, dan
pusat-pusat peninggalan syi’ar Islam di masa silam, untuk memberikan
nuansa dan gambaran perjuangan umat Islam dalam menegakkan agama
Allah. Dalam kegiatan ini siswa diminta untuk menuliskan semua
pengalaman yang mereka temui di lapangan, baik berupa hasil pengamatan,
wawancara, ceramah, diskusi, dan semacamnya.
9) Membina guru dan tenaga kependidikan lainnya tentang program
pengembangan keimanan dan ketaqwaan oleh kepala sekolah dan atau
pengawas.
10) Mengundang nara sumber, tokoh agama, intelektual islam, dan tokoh-tokoh
lainnya untuk memberikan materi keimanan ketaqwaan serta materi
keilmuan lainnya yang dapat memberikan wawasan keagamaan dan
keilmuan kepada siswa dan kepada warga sekolah pada umumnya.
Semua program kegiatan hendaknya menjadikan siswa sebagai pusat dan
pemeran utama. Untuk itu diupayakan agar kegiatan-kegiatan tersebut
diorganisir oleh siswa dengan bimbingan kepala sekolah, GAI, dan guru lainnya.
Dengan demikian siswa akan mendapatkan pengalaman langsung tentang
kegiatan yang mereka organisasikan sendiri, sehingga kegiatan tersebut melatih
mereka untuk lebih memahami, menghayati, dan bertanggung jawab tentang
apa yang mereka lakukan.
KERJA SAMA SEKOLAH DENGAN ORANG TUA MURID
Rumah tangga (di situ ada orang tua murid) adalah tempat pendidikan pertama
dan utama. Pertama karena di situlah murid itu mula-mula mendapat
pendidikan; utama karena pengaruh pendidikan di rumah tangga itu sangat
besar dalam terbentuknya kepribadian. Pernyataan ini menunjukkan pentingnya
22
sekolah bekerjasama dengan rumah tangga, maksudnya bekerjasama dengan
orang tua murid.
Pentingnya sekolah bekerjasama dengan rumah tangga sudah sejak lama
diteorikan. Sekarang ini semua guru menganggap perlu adanya kerjasama
dengan orang tua murid. Guru Matematika perlu kerjasama dengan orang tua
murid, sekurang-kurangnya agar orang tua murid mengingatkan agar anaknya
tidak lupa mengerjakan PR. Guru mata pelajaran lain demikian juga. Nah, agar
pendidikan keimanan dan ketakwaan berhasil; kerjasama sekolah dengan
orang tua murid sangat perlu.
Pada bagian terdahulu sudah dijelaskan bahwa bagian terbesar tujuan
pendidikan agama adalah keberagamaan murid, artinya berhasil atau tidaknya
pendidikan agama itu ditandai oleh diamalkannya ajaran agama itu sehari-hari
oleh murid. Nah, orang tua di rumahlah yang paling mengetahui pengamalan
itu oleh anaknya. Orang tua melihat anaknya mengamalkan ajaran agama.
Lebih dari itu, metode peneladanan sebagai metode unggulan untuk
meningkatkan keberagamaan murid, sangat mengandalkan peneladanan oleh
orang tuanya di rumah. Orang tuanyalah yang paling tepat untuk
meneladankan shalat tepat waktu, meneladankan kesabaran, pemurah, orang
tuanyalah yang paling tepat meneladankan bagaimana menghormat tamu,
bertetangga, dan lain-lain bentuk pengamalan ajaran Islam sebagai taneda
keberagamaan.
Pembiasaan adalah metode unggulan yang lain dalam mengembangkan
keberagamaan murid. Lagi-lagi, orang tua di rumahlah yang paling cocok untuk
membiasakan tersebut, yaitu membiasakan mengamalkan ajaran Islam. Orang
tuanya membiasakan shalat tepat waktu, membaca basmalah tatkala akan
makan, menjawab salam bila tamu berkunjung ke rumah.
Metode andalan tersebut (peneladanan dan pembiasaan) memang dapat
juga digunakan di sekolah, dilakukan oleh kepala sekolajh, guru agama, guru
umum, dan aparat sekolah laoinnya. Tetapi, penerapan kedua metode itu
sangat terbatas di sekolah karena kehidupan murid itu jauh lebih lama di rumah
ketimbang di sekolah. Kehidupan di rumah adalah kehidupan yang asli, yang
sebenarnya, sementara kehidupan di sekolah kebanyakan artifisial, tidak selalu
menggambarkan kehidupan yang sebenarnya. Konsekwensi dari konsep-konsep
ini antara lain ialah pendidikan keberagamaan lebih berhasil bila dilakukan di
rumah ketimbang di sekolah. Keunggulan pendidikan agama di sekolah ialah
dan hanya dalam bidang menambah pemahaman; meningkatakan
keberagamaan murid sebagian besar harus di lakukan di rumah. Inilah yang
mendasari teori kita bahwa untuk memperoleh peningkatan kebertagamaan
murid adalah sangat perlu adanya kerjasama sekolah dan rumah tangga.